gundul gundul pacul cul, gembelengan
nyunggi nyunggi wakul kul, gembelengan
wakul ngglimpang segane dadi saklatar
wakul ngglimpang segane dadi saklatar
Kosakata
- Gundul = kepala plontos (tanpa rambut)
- Pacul = cangkul (alat dari lempengan besi dibentuk persegi empat)
- Cul (ucul) = lepas dari genggaman
- Gembelengan = angkuh, sombong
- Nyunggi = menjunjung (membawa diatas kepala)
- Wakul = tempat nasi siap makan, biasanya untuk banyak orang
- Nggimplang = jatuh terbalik
- Sega = nasi
- Sak - latar = satu lantai
Lagu gundul pacul yang digolongkan lagu dolanan bagi anak kecil ini saya yakin masih banyak yang ingat luar kepala (orang jawa khususnya).
Saya masih ingat ketika masih duduk di bangku TK sampai SD awal, saat bahasa indonesia masih belum lancar selalu menyanyikan lagu ini ketika diminta guru untuk menyanyi di depan kelas.
Tapi ternyata lagu yang konon diciptakan oleh Kanjeng Sunan Kalijaga ini mempunyai arti yang sangat mendalam, kalau boleh saya berpendapat bahwa lagu ini lagu untuk orang dewasa (tua) yang dititipkan kepada anak-anak. Lho kok ? Nanti setelah saya uraiakan artinya saja, lho kok-nya ?
Gundul, yang dalam kosakata bebas saya diatas diartikan sebagai kepala tanpa rambut, mempunyai makna bahwa rambut yang merupakan mahkota (sehingga samphoo jadi begitu larisnya) tidak ada dalam kepala yang plontos, gundul. Artinya bahwa setiap orang itu terhormat meskipun tanpa mahkota yang identik dengan jabatan seorang raja/ratu. Sehingga gundul lebih diartikan sebagai seorang pemimpin.
Pacul, alat untuk mencangkul, arti lebih luasnya adalah untuk mencari nafkah, mengupayakan kesejahteraan, jadi jangan heran kalau orang jawa ketika ditanya hendak kemana akan menjawab, "arep macul". Meskipun bukan seorang petani. Cangkul dari dulu sampai sekarang bentuknya persegi empat (diluar gagang/pegangannya tentu saja), melambangkan empat lambang kehormatan.
Pacul, papat oang ucul (empat yang lepas).
Apa saja empat itu?
Mata, telinga, hidung dan mulut.
Maka ketika mata sudah tidak bisa melihat kondisi masyarakat (penderitaan dan kebutuhannya),
ketika telinga sudah tidak bisa mendengar nasehat dan aspirasi rakyat,
ketika hidung susah mencium bau wangi kebajikan,
dan ketika yang keluar dari mulut tidak mencerminkan keadilan. Maka lepas dan hilanglah kehormatan itu.
Gembelengan, tingkah laku yang penuh kesombongan dan keangkuhannya.
Maka ketika diberi amanah (nyunggi) untuk mengemban kesejahteraan rakyat (wakul), seorang gundul pacul akan tetap berlaku gembelengan, sehingga amanah itu akan ngglimpang, jatuh, dan sumber daya kesejahteraan (nasi/sega) akan berceceran dan tumpah memenuhi tempat kotor sehingga tidak bisa dimakan, sia-sia.
Maka tepat lah jika wejangan Sunan Kalijaga dititipakn kepada anak-anak yang daya ingatnya masih luar biasa hebat. Yang akan terus disenandungkan untuk disampaiakan kepada siapapun yang akan menjadi pemimpin.
-Dari berbagai sumber
Minggu, 08 Februari 2015
Jumat, 02 Januari 2015
katanya
katanya cinta,
tapi lakumu kenapa menyakitinya
katanya rindu,
tapi kata-katamu menjauhkanmu darinya
dia yang benar setiap kata dan lakunya,
kamu justru sering berdusta untuk dusta sebelumnya
dia yang begitu amanah, bahkan kepada yang memusuhinya
kamu, jangankan kepada musuhmu, kawanmu saja kamu makan
dia yang cerdas dan menuntun yang lain
kamu, menggunkan kecerdasanmu untuk "minteri" kolegamu
dia yang tak pernah meyembunyikan kebenaran
kamu, justru merasa paling tahu dengan sedikit yang kamu tahu
Allahumma Shalli 'ala Muhammad
shalallhu 'ala nabi
12 Rabiul Awal 1436 H
sumber gambar : www.santrijagad.org
Minggu, 16 November 2014
Kapten
Beberapa tahun yang lalu, pelatih sebuah klub sepakbola
memberi arahan kepada para pemain baru di sekolah sepak bola. Bajuri, pelatih
yang sudah bertahun tahun menukangi tim senior di SSB itu kali ini dengan raut
wajah sangat serius memberikan arahan kepada bocah-bocah ini.
“dalam sepakbola itu yang palung penting kalian harus tahu
posisi kalian masing-masing, yang kiper ya jadi kiper yang bagus, yang bek ya
jadi bek yang tangguh, jangan sampai serangan lawan itu membahaykan gawang. Pemain
tengah harus menjembatani permaian dan yang jadi playmaker ya harus bisa
membuat permainan sepakbola menjadi efektif, efisien, kalau perlu pakai
teknik-tehnik yang bikin penonton berdecak kagum, striker harus bisa membuat
gol walaupun semua pemain juga bisa mencetak gol, tapi dia yang punya tanggung
jawab bikin gol” jelas bajuri panjang lebar dengan tanpa mengurangi
kejelasannya bicaranya.
Para bocah manggut-manggut mendengarkan ceramah sang
pelatih, anggap saja mengerti semua yang disampaikan.
Si Jojo yang merasa dirinya lebih hebat dari para pemain
lain menyahut,
“saya yang jadi kapten pelatih”
Darso yang masuk SSB lebih dulu langsung menimpali Jojo,
“aku luweh pantes cuk,
saya coach yang jadi kapten.”
Wes ta lah, ga usah dipikir sopo sek bakal dadi kapten, sak
karepku. Luweh penting latihan supoyo ngerti strategi, mbuh kui strategine dewe
opo strategine musuh. Ga usah rebutan kapten. Latihan gimana caranya kalian itu
jadi yang terbaik di posisi kalian masing-masing, paham ?
“Paham pelatih”. Jawab pemain dengan keras dan kompak, entah
gimana si Jojo dan Darso.
--
Koen itu ate ngomong bal opo mbahas negoro to? Potong Bagong yang
ga tertarik dengan dunia bola.
Loh, lha itu, kamu
selalu tidak sabar dengan ceritaku kok gong, belum belum sudah mbesengut.
Ngene lho, katanya
kamu tadi bilang kalau media sekarang bancakan perebutan siapa yang bakal jadi
ketua di partai, bancakan ormas mana yang menurut mereka harus diadu, bancakan
siapa yang harus dibunuh karakternya, kalau perlu jangan sampai hidup lagi.
Iyo, tapi ya jangan berbelit-belit, bahasamu udah kaya politisi di
senayan aja.
Gini lho gong,
terkadang kita itu terlalu sibuk untuk gimana caranya menjadi striker yang
hebat supaya banyak nge-gol-in dan dikenal orang untuk selanjutnya mengincar
menjadi kapten. Bahkan terkadang kawan sendiri disikut, dijegal, di-tacling. Padahal
kan masing-masing posisi itu ada perannya, bahkan pemain cadangan itu ada
perannya, coba pikir kalau ada pemain yang cedera saat pertandingan tapi nggak
ada pemain cadangan.
Kita itu terlalu
sibuk memikirkan siapa yang jadi kapten atau pemimpin tim tapi melupaka kalau
lawan kita itu sedang melihat kita, sedang mengamati kita sambil terus menyiapkan
strategi untuk menghancurkan kita.
Partai-partai Islam
yang seharusnya memikirkan persoalan persoalan umat malah jadi bancakan media
untuk diekspos siapa yang sedang berebut jadi kapten, tidak semua memang. Tapi yang
lain bukan berarti bisa menyelesaikan permasalahan. Begitu juga organisasi-organisasi,
masih saja...
“wah, mbulet wae kon iku, wes intine wae lah”
Yoh oke-oke, baru-baru ini kita dibangunkan
dengan video misionaris yang melancarkan serangannya, padahal banyak hal
semacamnya itu terjadi di pelosok-pelosok, desa-desa, atau bahkan
diperkampungan urban.
Banyak lawan yang
sudah terdaftar di liga super kita gong, Kapitalisme, Industrialisasi,
Neokolonialisme, Marxisme, Komunisme juga mulai siap-siap masuk lagi, Missionarisme
jilid 2, dan Kebudayaan Barat yang suka pamer aurat itu.
Tapi kita masih
sibuk bertanding siapa yang paling Islam diantara kita. Siapa yang paling benar
diantara kita.
Wes terusno dewe
gong, kudune koen iku wes paham sopo wae iku. Aku yo mumet mikirke sopo sek iso
dadi kapten tim Indonesia ki, si Evan Dimas ketoke cocok.
Kamis, 17 Juni 2010
Langganan:
Postingan (Atom)